PKK
sebagai organisasi masyarakat memiliki peran strategis karena menjadi mitra
pemerintah dan sekaligus sebagai wadah bagi masyarakat atau ibu ibu dalam
mencapai kesejahteraan hidup. Ada tiga Pilar utama yang terlibat langsung dan
bersinar di dalam proses pembangunan, yaitu pemerintah, lembaga-lembaga swadaya
masyarakat, dan masyarakat itu sendiri, baik secara perorangan maupun dalam
kelompok-kelompok tertentu. Hal ini dikatakan ketua tim penggerak PKK Kabupaten
Flores Timur Lusia Gege Hadjon, saat membuka kegiatan Diklat Kewirausahaan Diversifikasi
Pengolahan Pangan Lokal sorgum bagi kelompok dan UKM tingkat Kabupaten Flores
Timur di Aula KPRI Gelekat Nara Larantuka, Selasa (20/6).
Hadir
pada kesempatan itu Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Flores Timur, Drs.
Frederk S Bili, instruktur dari Duta Cafe, Natalia, para pejabat di lingkungan
Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Flores Timur dan Peserta diklat dari kelompok
dan UMK Kabupaten Flores Timur.
Menurutnya
dalam spirit Desa Membangun Kota Menata, arah kebijakan dan program di
Kabupaten Flores Timur lima tahun kedepan di bawah kepemimpinan Bupati dan
Wakil Bupati Flores Timur yang baru ini akan lebih dititikberatkan dan
difokuskan pada pemberdayaan dan penguatan ekonomi rakyat di desa berbasis
sumber daya lokal karena sebagian besar masyarakat miskin dan ibu ibu berada di
desa.
Ia
menyampaikan apresiasi kepada Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah di
Kabupaten Flores Timur atas kegiatan diklat kewirausahaan Diversifikasi
Pengolahan Pangan Lokal Sorgum. Dijelaskan dalam kegatan ini ada dua sasaran
yang hendak dicapai yakni, meningkatkan pemahaman akan nilai sorgum itu sendiri
sebagai makanan lokal alternatif pengganti beras dan meningkatkan keterampilan
ibu-ibu guna membuka peluang usaha bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Menurutnya
sadar atau tidak telah terjadi pergeseran pola konsumsi masyarakat selama ini
sehingga makanan pokok kita bergantung pada beras. "Ketika kita mengalami
gagal panen sehingga ketiadaan beras maka kita mengatakan bahawa kita mengalami
rawan pangan. Pola pikir seperti ini telah mengabaikan sumber daya lokal kita,
padahal kita memiliki kekayaan pangan lokal dan kandungan nutrisi yang baik,
seperti jagung, ubi, pisang, dan sorgum," ungkap Lusia Gege Hadjon.
Ke
depan ia berharap, ibu-ibu peserta pelatihan dapat menjadi pelopor di tengah
masyarakat dalam menggalakkan sorgum sebagai makanan pokok alternatifnya,
sehingga pola pikir masyarakat yang hanya mengkultuskan beras sebagai makanan
pokok satu-satunya, secara perlahan dapat berubah dan pada sisi lain dapat
membangkitkan semangat masyarakat untuk meningkatkan produksi aneka potensi
sumber daya tangan lokal seperti sorgum. Pemerintah tentunya tidak sebatas
sampai pada pelatihan ini. Langkah selanjutnya perlu dilakukan terhadap semua
peserta pelatihan dengan menyiapkan bantuan sarana prasarana bagi mereka dengan
melibatkan mereka dalam event-event pameran (untuk promosi) sehingga dengan
demikian usaha yang digeluti minimal mendapat tempat pada pasar lokal di wilayah
ini. (Teks: Buletin Warta Flotim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar