Selasa, 20 Juni 2017

PKK Wadah Masyarakat Mencapai Kesejahteraan Hidup


PKK sebagai organisasi masyarakat memiliki peran strategis karena menjadi mitra pemerintah dan sekaligus sebagai wadah bagi masyarakat atau ibu ibu dalam mencapai kesejahteraan hidup. Ada tiga Pilar utama yang terlibat langsung dan bersinar di dalam proses pembangunan, yaitu pemerintah, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat itu sendiri, baik secara perorangan maupun dalam kelompok-kelompok tertentu. Hal ini dikatakan ketua tim penggerak PKK Kabupaten Flores Timur Lusia Gege Hadjon, saat membuka kegiatan Diklat Kewirausahaan Diversifikasi Pengolahan Pangan Lokal sorgum bagi kelompok dan UKM tingkat Kabupaten Flores Timur di Aula KPRI Gelekat Nara Larantuka, Selasa (20/6).
Hadir pada kesempatan itu Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Flores Timur, Drs. Frederk S Bili, instruktur dari Duta Cafe, Natalia, para pejabat di lingkungan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Flores Timur dan Peserta diklat dari kelompok dan UMK Kabupaten Flores Timur.
Menurutnya dalam spirit Desa Membangun Kota Menata, arah kebijakan dan program di Kabupaten Flores Timur lima tahun kedepan di bawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Flores Timur yang baru ini akan lebih dititikberatkan dan difokuskan pada pemberdayaan dan penguatan ekonomi rakyat di desa berbasis sumber daya lokal karena sebagian besar masyarakat miskin dan ibu ibu berada di desa.
Ia menyampaikan apresiasi kepada Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah di Kabupaten Flores Timur atas kegiatan diklat kewirausahaan Diversifikasi Pengolahan Pangan Lokal Sorgum. Dijelaskan dalam kegatan ini ada dua sasaran yang hendak dicapai yakni, meningkatkan pemahaman akan nilai sorgum itu sendiri sebagai makanan lokal alternatif pengganti beras dan meningkatkan keterampilan ibu-ibu guna membuka peluang usaha bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Menurutnya sadar atau tidak telah terjadi pergeseran pola konsumsi masyarakat selama ini sehingga makanan pokok kita bergantung pada beras. "Ketika kita mengalami gagal panen sehingga ketiadaan beras maka kita mengatakan bahawa kita mengalami rawan pangan. Pola pikir seperti ini telah mengabaikan sumber daya lokal kita, padahal kita memiliki kekayaan pangan lokal dan kandungan nutrisi yang baik, seperti jagung, ubi, pisang, dan sorgum," ungkap Lusia Gege Hadjon.
Ke depan ia berharap, ibu-ibu peserta pelatihan dapat menjadi pelopor di tengah masyarakat dalam menggalakkan sorgum sebagai makanan pokok alternatifnya, sehingga pola pikir masyarakat yang hanya mengkultuskan beras sebagai makanan pokok satu-satunya, secara perlahan dapat berubah dan pada sisi lain dapat membangkitkan semangat masyarakat untuk meningkatkan produksi aneka potensi sumber daya tangan lokal seperti sorgum. Pemerintah tentunya tidak sebatas sampai pada pelatihan ini. Langkah selanjutnya perlu dilakukan terhadap semua peserta pelatihan dengan menyiapkan bantuan sarana prasarana bagi mereka dengan melibatkan mereka dalam event-event pameran (untuk promosi) sehingga dengan demikian usaha yang digeluti minimal mendapat tempat pada pasar lokal di wilayah ini. (Teks: Buletin Warta Flotim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar