Oleh: Frank Lamanepa
Menurut
Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI, Ir. Doddy Izwardy, MA, angka stunting di
NTT paling tinggi sejak 2013 yakni 37,2%. Lalu, bagaimana dengan Flotim?
Jumlah
Balita di Flotim per Januari 2019 berada di angka 19 ribu anak. Dari angka ini,
terdapat 8 ribu anak di bawah usia 2 tahun. Angka stunting Flotim rupanya masih
lebih rendah dari Prov NTT yakni 29,02% dengan rincian sekitar 400 kasus anak
Gizi Buruk dan sekitar 2000 anak Gizi Kurang.
Terhadap
situasi ini, patut diapreasiasi langkah yang diambil Pemda Flotim. Pada 16
November 2018, di Lapangan Lebao, Larantuka Pemda Mendeklarasi Prorgam Gempur
Stunting.
"Kami
berjanji dengan sungguh hati untuk:
PERTAMA, memerangi sikap tidak peduli terhadap stunting; Kedua, melakukan pembelajaran yang luas kepada semua pihak tentang sebab dan akibat stunting; Ketiga, melakukan gerakan bersama memerangi stunting; Keempat, menurunkan prosentasi stunting di Flores Timur; Kelima, menyatakan Tahun 2023 Flores Timur Bebas Stunting. Demikian ikrar kami demi generasi Flores Timur yang Sehat, Cerdas, Tangguh dan Berdaya Saing.”
PERTAMA, memerangi sikap tidak peduli terhadap stunting; Kedua, melakukan pembelajaran yang luas kepada semua pihak tentang sebab dan akibat stunting; Ketiga, melakukan gerakan bersama memerangi stunting; Keempat, menurunkan prosentasi stunting di Flores Timur; Kelima, menyatakan Tahun 2023 Flores Timur Bebas Stunting. Demikian ikrar kami demi generasi Flores Timur yang Sehat, Cerdas, Tangguh dan Berdaya Saing.”
Tidak
hanya itu. Untuk menggempur stunting, Pemda telah alokasikan dana cukup besar
yakni 10 Miliar. Dengan rincian 2 Miliar untuk pengadaan Peralatan dan 4 Miliar
untuk Pemberian Makanan Tambahan.
Termasuk
telah mengeluarkan Perbup untuk mengintervensi pihak desa agar mengalokasikan
dana desa guna program dimaksud. Yang menitiberatkan pembiayaan kepada tenaga
kesehatan yang telah bekerja sukarela menggempur stunting.
Solor
sebagai Solusi
Stunting
merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak terutama pertumbuhan tubuh dan
otak, lebih diakibatkan kurangnya pasokan gizi dalam rentang waktu yang lama.
Memang
ada banyak aspek pendorong terjadinya kondisi stunting. Prilaku dan kualitas
intelektual juga turut menjadi penyumbang. Tetapi pada pokoknya, penyebab utama
stunting adalah pasokan gizi dalam usia emas anak.
Karena
itu, di hadapan para Bupati se NTT di Hotel Aston Kupang, 18 Desember 2018
lalu, Bupati Flotim menjelaskan bagaimana implementasi program dimaksud.
Memberikan makanan sehat bergizi selama 90 hari untuk kasus anak gizi buruk,
dan selama 60 hari bagi anak kurang gizi.
Sekali
lagi kata kuncinya Makanan Bergizi.
Tuhan
sungguh mencintai Lewotana Flotim. Meskipun dianggap cukup tandus, selain Alam
yang sungguh mempesona, Lewotana ini, diberkahi dua [2] komoditas yang
terbilang sangat mempesona dan primadona bagi dunia saat ini.
Pertama,
anda tak perlu berusaha membudidayakan lagi Kelor [Merungge, MotoƱ] di Flotim.
Merungge tumbuh begitu saja. Baik di halaman rumah apalagi di tanah-tanah
kosong. Kelor terbaik di Indonesia ada di Lewotana. Tentu tak perlu lagi
mengulas betapa tingginya kandungan gizi dan khasiat tanaman berjuta manfaat
ini.
Kedua,
Sorghum atau masyarakat Lamaholot menyebutnya Wata Belolo dan Wata Solor.
Kandungan gizi dan khasiat Sorghum juga tak perlu dikaji lagi. Sungguh luar
biasa. Bicara tentang Sorghum di Indonesia, bahkan di dunia, rujukannya tak
lain hanya Flotim saat ini.
Saat
ini di seantero Flotim telah ada 137 Ha kebun Sorghum. Ini belum termasuk lahan
Sorghum milik orang perorang lainnya. Dalam satu Ha, pada lahan sangat minus
akan mampu hasilkan 2,17 Ton. Jika pada tanah produktif, menghasilkan 3-4
Ton/Ha.
Itu
artinya stock Sorghum sekali panen di Flotim minimal sekitar 297,29 Ton hanya
untuk lahan seluas 137 Ha di atas. Fantastik bukan?
Karena
itu, solusi terbaik untuk menggempur stunting di Flotim memadukan dua kekuatan
varietas asli Lamaholot ini, yakni SOLOR, SOrghum dan keLOR sebagai Dwisula
Lamaholot.
Dengan
mengedepankan Dwisula Pangan Lamaholot ini, Pemda Flotim sangat terbantu baik
dari segi ketersediaan Bahan Baku, Sosialisasi dan Literasi Gizi, Tenaga
Pendamping, Modul, termasuk sekaligus mewujudkan Kedaulatan Pangan Lokal,
Selamatkan Tanaman Rakyat, dan Selamatkan Orang Muda.
Dana
4 Miliar dalam APBD untuk penyediaan asupan gizi dan 2 Miliar untuk pengadaan
peralatan program Gempur Stunting ini, akan efektif dan efisien dengan tingkat
keberhasilan sangat fantastik jika dana tersebut diarahkan kepada pengelolaan
dan percepatan produksi Sorghum dan Kelor termasuk pengolaannya menjadi asupan
gizi siap jadi.
Jika
ini dilakukan terhadap komoditas Solor, rasanya tidak perlu menunggu hingga
tahun 2023 Flotim Bebas Stunting sebagaimana ikrar dalam deklarasi launching
Program Gempur Stunting di atas dan bukan "tunduk" pada asing.
Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar