Selasa, 04 Juni 2019

Sorgum dan Kelor, Cara Jitu Atasi Stunting di Flores Timur



Oleh: Frank Lamanepa

Menurut Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI, Ir. Doddy Izwardy, MA, angka stunting di NTT paling tinggi sejak 2013 yakni 37,2%. Lalu, bagaimana dengan Flotim?
Jumlah Balita di Flotim per Januari 2019 berada di angka 19 ribu anak. Dari angka ini, terdapat 8 ribu anak di bawah usia 2 tahun. Angka stunting Flotim rupanya masih lebih rendah dari Prov NTT yakni 29,02% dengan rincian sekitar 400 kasus anak Gizi Buruk dan sekitar 2000 anak Gizi Kurang.
Terhadap situasi ini, patut diapreasiasi langkah yang diambil Pemda Flotim. Pada 16 November 2018, di Lapangan Lebao, Larantuka Pemda Mendeklarasi Prorgam Gempur Stunting.
"Kami berjanji dengan sungguh hati untuk:
PERTAMA, memerangi sikap tidak peduli terhadap stunting; Kedua, melakukan pembelajaran yang luas kepada semua pihak tentang sebab dan akibat stunting; Ketiga, melakukan gerakan bersama memerangi stunting; Keempat, menurunkan prosentasi stunting di Flores Timur; Kelima, menyatakan Tahun 2023 Flores Timur Bebas Stunting. Demikian ikrar kami demi generasi Flores Timur yang Sehat, Cerdas, Tangguh dan Berdaya Saing.”

Tidak hanya itu. Untuk menggempur stunting, Pemda telah alokasikan dana cukup besar yakni 10 Miliar. Dengan rincian 2 Miliar untuk pengadaan Peralatan dan 4 Miliar untuk Pemberian Makanan Tambahan.
Termasuk telah mengeluarkan Perbup untuk mengintervensi pihak desa agar mengalokasikan dana desa guna program dimaksud. Yang menitiberatkan pembiayaan kepada tenaga kesehatan yang telah bekerja sukarela menggempur stunting.
Solor sebagai Solusi
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak terutama pertumbuhan tubuh dan otak, lebih diakibatkan kurangnya pasokan gizi dalam rentang waktu yang lama.
Memang ada banyak aspek pendorong terjadinya kondisi stunting. Prilaku dan kualitas intelektual juga turut menjadi penyumbang. Tetapi pada pokoknya, penyebab utama stunting adalah pasokan gizi dalam usia emas anak.
Karena itu, di hadapan para Bupati se NTT di Hotel Aston Kupang, 18 Desember 2018 lalu, Bupati Flotim menjelaskan bagaimana implementasi program dimaksud. Memberikan makanan sehat bergizi selama 90 hari untuk kasus anak gizi buruk, dan selama 60 hari bagi anak kurang gizi.
Sekali lagi kata kuncinya Makanan Bergizi.
Tuhan sungguh mencintai Lewotana Flotim. Meskipun dianggap cukup tandus, selain Alam yang sungguh mempesona, Lewotana ini, diberkahi dua [2] komoditas yang terbilang sangat mempesona dan primadona bagi dunia saat ini.
Pertama, anda tak perlu berusaha membudidayakan lagi Kelor [Merungge, MotoƱ] di Flotim. Merungge tumbuh begitu saja. Baik di halaman rumah apalagi di tanah-tanah kosong. Kelor terbaik di Indonesia ada di Lewotana. Tentu tak perlu lagi mengulas betapa tingginya kandungan gizi dan khasiat tanaman berjuta manfaat ini.
Kedua, Sorghum atau masyarakat Lamaholot menyebutnya Wata Belolo dan Wata Solor. Kandungan gizi dan khasiat Sorghum juga tak perlu dikaji lagi. Sungguh luar biasa. Bicara tentang Sorghum di Indonesia, bahkan di dunia, rujukannya tak lain hanya Flotim saat ini.
Saat ini di seantero Flotim telah ada 137 Ha kebun Sorghum. Ini belum termasuk lahan Sorghum milik orang perorang lainnya. Dalam satu Ha, pada lahan sangat minus akan mampu hasilkan 2,17 Ton. Jika pada tanah produktif, menghasilkan 3-4 Ton/Ha.
Itu artinya stock Sorghum sekali panen di Flotim minimal sekitar 297,29 Ton hanya untuk lahan seluas 137 Ha di atas. Fantastik bukan?
Karena itu, solusi terbaik untuk menggempur stunting di Flotim memadukan dua kekuatan varietas asli Lamaholot ini, yakni SOLOR, SOrghum dan keLOR sebagai Dwisula Lamaholot.
Dengan mengedepankan Dwisula Pangan Lamaholot ini, Pemda Flotim sangat terbantu baik dari segi ketersediaan Bahan Baku, Sosialisasi dan Literasi Gizi, Tenaga Pendamping, Modul, termasuk sekaligus mewujudkan Kedaulatan Pangan Lokal, Selamatkan Tanaman Rakyat, dan Selamatkan Orang Muda.
Dana 4 Miliar dalam APBD untuk penyediaan asupan gizi dan 2 Miliar untuk pengadaan peralatan program Gempur Stunting ini, akan efektif dan efisien dengan tingkat keberhasilan sangat fantastik jika dana tersebut diarahkan kepada pengelolaan dan percepatan produksi Sorghum dan Kelor termasuk pengolaannya menjadi asupan gizi siap jadi.
Jika ini dilakukan terhadap komoditas Solor, rasanya tidak perlu menunggu hingga tahun 2023 Flotim Bebas Stunting sebagaimana ikrar dalam deklarasi launching Program Gempur Stunting di atas dan bukan "tunduk" pada asing. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar